Petani di Kabupaten Deliserdang mengeluhkan turunnya harga gabah panen padi yang terus merosot hingga 900 rupiah perkilogram dari harga sebelumnya. Hal itu dibenarkan petani yang ada di Kecamatan Beringin, Pantailabu dan Lubukpakam Kabupaten Deliserdang, Rabu (29/2/2023).
Petani menganggap bahwa harga layak gabah panen adalah Rp6.000/kilogram sedangkan harga saat ini di kisaran Rp 5.600 perkilogram Karena, para petani harus mengeluarkan biaya pupuk, racun dan operasional yang cukup besar, dari mulai tanam hingga panen.
"Untuk pupuk urea bersubsidi, kita hanya mendapat jatah 30% dari 225 kilogram per hektar. Selebihnya kita membeli pupuk Urea Pusri non subsidi dengan harga Rp670.000 per 50 kg. Kalau subsidi hanya Rp120.000/sak (50 kg). Kebutuhan kita kan bukan hanya pupuk urea. Ada lagi pupuk KCL, ZA dan pestisida lainnya yang non subsidi,” kata Ngadino, salah seorang petani di Kecamatan Pantailabu.
Dikatakan Ngadino, selain biaya pembelian pupuk, mereka juga mengeluarkan biaya lain seperti cabut bibit dan upah tanam mencapai Rp 6000/rante, pengolahan tanah Rp65.000/rante, upah panen Rp150.000/rante, irigasi Rp10.000/rante, upah buat beteng dan pemupukan Rp100.000/rante. Kemudian biaya pupuk urea Rp30.000/rante, pupuk TSP Rp20.000/rante. Sedangkan pupuk KCL non subsidi Rp50.000/rante, Z A non subsidi Rp40.000/rante dan pestisida keong Rp50.000/rante.
“Belum lagi biaya goni, plastik dan lainnya. Apa lagi jika lahan persawahan itu menyewa dimana. Makanya harga gabah layak itu Rp 6.000 per kilogram,” ucapnya.
Sementara hasil produksi maksimal gabah di Deliserdang dari data yang ada saat ini, tambahnya, 250 kilogram/rante atau 6.250 kilogram/hektar.
Menanggapi hal ini, Kabid Prasaran dan Sarana Pertanian (PPS) Dinas Pertanian Deliserdang, EM. Manalu mengatakan, terkait jatah pemberian pupuk bersibsidi tersebut berdasarkan data luas areal persawahan yang dikirim Kantor ATR/BPN Deliserdang ke pemerintah pusat yang luasnya sekira 23.000 hektar.
Padahal, luas areal persawahan di Deliserdang 33.900 hektar. Itu sebabnya pemerintah pusat memberikan data yang dikirim oleh ATR/BPN Deliserdang.
“Kan ada selisih luasan sekira 10.000 hektar lagi. Nah, bagaimana menutupi kekuarangan. Maka kita hanya mampu memberikan 30 persen pupuk bersubsidi tersebut agar semua kelompok tani mendapat pupuk bersubsidi secara merata,” kilah EM.Manalu.
Sebelumnya, Petani di Deliserdang berharap permasalahan distribusi pupuk subsidi hendaknya menjadi perhatian karena ini yang dapat membantu petani dari tekanan biaya produksi dan pengawasan realisasi pupuk subsidi juga masih kurang dan rawan penyalahgunaan oleh pihak pihak yang mendapat DO sebagai penyalur.
Ini dibuktikan dengan kesulitan petani di Deliserdang mendapatkan pasokan pupuk subsidi semestinya. Sulitnya mendapatkan pupuk subsidi membuat biaya produksi naik. Sementara harga beras hingga kini masih mahal rata rata 12- 13 ribuan perkilo gram.