Relawan Lintas Suku (Relis) yang merupakan gabungan masyarakat kota Medan yang mendukung pasangan Bobby Nasution - Aulia Rachman menjadi Wakil dan Wakil Walikota Medan 2021-2026, mengecam pelintiran berita yang dilakukan oleh media mainstream, detik.com terkait kasus pelanggaran protokol kesehatan di kolam renang Hairos Medan.
Ketua Relis, Dofu Gaho menegaskan bahwa sangat keliru bila Detik.com mengaitkan kasus Hairos Waterpark dengan Bobby Nasution.
Dofu yang juga dikenal luas sebagai Ketua Aliansi Jurnalis Hukum (AJH) ini menegaskan bahwa seharusnya pers mengedepankan kode etik jurnalistik dalam memberikan informasi yang mencerahkan kepada masyarakat, bukan pembingkaian berita dengan prespektif yang menyudutkan seseorang.
"Sangat disayangkan sekali, media mainstream sekelas Detik.com hari ini telah membuat narasi berita yang terkesan provokatif dan tidak etis dalam kapasitasnya sebagai salah satu media nasional. Bagaimana tidak, kasus pelanggaran protokol kesehatan di kawasan Wisata Hairos Waterpark baru-baru ini, malah dikaitkan dengan pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan nomor urut 2, Bobby Nasution - Aulia Rachman, lantaran si General Manager Hairos Waterpark berinisial ES yang menjadi tersangka pada kasus tersebut berstatus sebagai salah satu tim relawan Bobby-Aulia", ujarnya di Medan, Sabtu malam (3/10/2020).
Tokoh pemuda etnis Nias ini menyatakan keheranannya karena detik.com bisa begitu provokatifnya mengait-ngaitkan kasus pelanggaran protokol kesehatan yang tidak ada kaitannya dengan Pilkada Kota Medan 2020 dengan Bobby-Aulia, hanya gara-gara status pribadi ES sebagai ketua tim relawan.
"Apakah Detik ingin menggiring opini seolah-olah kesalahan yang dilakukan ES ada kaitannya dengan Bobby Nasution? Apakah ini akan dijadikan celah bagi lawan untuk "menyerang" Bobby-Aulia yang sama sekali tidak tahu apa-apa dengan kasus tersebut? Ini ibaratkan, anda berteman dengan seseorang, namun ketika teman anda melakukan kesalahan, anda lantas ikut disalahkan karena anda berteman dengan orang tersebut. Ini logika yang aneh," tuturnya.
Pendukung Bobby-Aulia terdiri beberapa entitas dan kelompok yang sangat beragam, mulai dari kalangan akademisi, praktisi, masyarakat, hingga pengusaha yang semuanya bergabung karena keinginan pribadi untuk mendukung Bobby Nasution. Terlepas dari persoalan pribadinya, Bobby-Aulia tidak pernah ingin mencampuri urusan pribadi masing-masing timnya.
"Insiden penangkapan ES seharusnya menjadi bukti bahwa kasus tersebut tidak ada hubungannya dengan Bobby-Aulia, bahkan tim Bobby-Aulia sendiri tidak ada sedikitpun yang berupaya melindungi ES sebagai tersangka kasus tersebut, karena memang bukan ranahnya Bobby-Aulia dan tidak ada hubungannya juga sama Pilkada Kota Medan 2020, itu murni urusan pribadi ES yang tidak ada hubungannya dengan Bobby-Aulia", tegasnya.
Memang sangatlah keliru dan tidak etis apa yang dilakukan oleh Detik saat ini, dengan narasi dan judul berita yang provokatif seolah-olah mencoba menggiring opini bahwa "kesalahan" ES berkaitan dengan statusnya sebagai pendukung Bobby-Aulia.
"Sebagai media besar, Detik harus bertanggung jawab atas kekeliruan ini karena berita ini ikut mencoreng nama baik Bobby-Aulia dengan narasi yang sangat provokatif seperti ini. Kami mendukung masyarakat yang melaporkan kejadian ini ke dewan pers. Semoga dewan pers bisa memberikan sanksi beredarnya pemberitaan ini. Jangan sampai muncul kesan, media jurnalistik malah jadi alat untuk memprovokasi dan membodoh-bodohi masyarakat hanya demi rating dan jumlah trafik atau bahkan demi kepentingan pribadi oknum pemilik media", pungkasnya